A. Definisi Feses
Tinja atau feses atau dalam bahasa kasarnya disebut tahi adalah produk buangan saluran pencernaan hewan yang dikeluarkan melalui anus atau kloaka. Pada manusia,
proses pembuangan kotoran dapat terjadi (bergantung pada individu dan
kondisi) antara sekali setiap satu atau dua hari hingga beberapa kali
dalam sehari. Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya
waktu dan menurunnya frekuensi buang air besar antara pengeluarannya atau pembuangannya disebut dengan konstipasi
atau sembelit. Dan sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses
terganggu, menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi buang air besar disebut dengan diare atau mencret.
Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau khas feses atau tinja.
B. Pengiriman Tinja
Untuk
mengirim tinja wadah yang digunakan sebaiknya adalah wadah yang terbuat
dari kaca yang tidak bisa ditembus seperti plastik. Kalau konsistesni
tinja keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai. Wadah harus
bermulut lebar.
C. Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan
penting dalam tinja ialah terhadap parasit dan telur cacing. Sama
pentingnya dalam keadaan tertentu adalah test darah samar.
Dalam
keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat
hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam
lemak, urobilin, gas indol, skatol dan sterkobilinogen. Pada keadaan
patologik seperti diare didapatkan peningkatan sisa makanan dalam tinja,
karena makanan melewati saluran pencernaan dengan cepat dan tidak dapat
diabsorpsi 3 secara sempurna
· Bahan pemeriksaan tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan
jika pemeriksaan sangat diperlukan contoh tinja dapat diambil dengan jari bersarung dari rektum.
· Untuk
pemeriksaan rutin dipakai tinja sewaktu dan sebaiknya tinja iiiperiksa
dalam keadaan segar karena bila dibiarkan mungkin sekali unsur unsure
dalam tinja menjadi rusak. Pemeriksaan tinja terdiri atas pemeriksaan
makroskopik, mikroskopik dan kimia.
· Tinja
untuk pemeriksaan sebaiknya berasal dari desinfeksi spontan, jika
pemeriksaan sangat diperlukan boleh juga sampel tinja diambil langsung
dengan jri bersarung dari rectum. Untuk pemeriksaan biasa dipakai tinja
sewaktu, jarang dipakai tinja 24 jam untuk pemeriksaan tertentu.
· Tinja
hendaknya diperiksa dalam keadaan segar, kalau dibiarkan mungkin unsur –
unsure dalam tinja akn rusak. Bahan ini harus selalu dianggap bahan
yang mungking mendatangkan infek jadi berhati hatilah ketika bekerja
D. Penanganan sampel
Jika
akan memeriksa tinja pilihlah bagian tinja yang memberikan kemungkinan
sebesar besarnya untuk menemui kelainan misalnya, bagian yang bercampur
darah atau ledir. Oleh karena itu unsure – unsure patologik tidak
terdapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopis dtidak dapat dinilai
kepositifannya dengan tepat.
E. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK
Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan:
· jumlah
· warna
· bau
· darah
· lendir
· parasit.
Jumlah
Dalam keadaan normal jumlah tinja
berkisar antara 100-250 gram per hari. Banyaknya tinja dipengaruhi
jenis makanan ,bila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.
Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk.
Pada
diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair,sedangkan sebaliknya
tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian
karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas.
Warna
tinja
normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua
dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja
dipengaruhi oleh :
· berbagai jenis makanan
· kelainan dalam saluran pencernaan
· obat yang dimakan.
- Warna kuning dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.
- Tinja
yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yangmengandung
khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan
porphyrin dalam mekonium.
- Kelabu
mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran
pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut
akholis.Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas
seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak
lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium
setelah pemeriksaan radiologik.
- Tinja
yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar
dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.
- Warna
coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran
pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain.
- Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik.
- Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.
Bau
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja.
Bau
busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak
dicerna dan dirombak oleh kuman. Reaksi tinja menjadi lindi oleh
pembusukan semacam itu.
Tinja
yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak
dicerna seperti pada diare. Reaksi tinjapada keadaan itu menjadi asam.
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam.
Darah
itu mungkin terdapat dibagian luar tinja atau bercampur baur dengan
tinja. Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur
dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada
tukak lambung atau varices dalam oesophagus.
Sedangkan
pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat
dibagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid
atau karsinoma rektum.
Lendir
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lender dalam tinja.
Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus. Kalau lendir itu
hanya didapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin
terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur
dengan
tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus. Pada disentri,
intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.
Parasit
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan lain-lain yang mungkin didapatkan dalam tinja.
F. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan
mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa,telur cacing, leukosit,
eritosit, sel epitel, kristal dan sisa makanan. Dari semua pemeriksaan
ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur
cacing.
Protozoa
biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit. Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides,
Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.
Lekosit
Dalam
keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan.
Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan
peningkatan jumlah leukosit.
Eosinofil
Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencemaan.
Eritrosit
hanya
terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus.Sedangkan
bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya
seritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.
Epitel
Dalam
keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang berasal
dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian
proksimal jarang terlihat karena sel ini biasanya telah rusak. Jumlah
sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan
dinding usus bagian distal.
Kristal
Kristal dalam
tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal
tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat
dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi,
sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak.
Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden
Sisa makanan
hampir
selalu dapat ditemukan juga pada keadaan normal, tetapi dalam keadaan
tertentu jumlahnya meningkat dan hal ini dihubungkan dengan keadaan
abnormal.
Sisa
makanan sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi
berasal dari hewan seperti serat otot, serat elastic dan lain-lain.
Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan
lugol untuk menunjukkan adanya amilum yang tidak sempurna dicerna.
Larutan jenuh Sudan III
atau IV dipakai untuk menunjukkan adanya lemak netral seperti pada steatorrhoe.
Sisa makanan ini akan meningkat jumlahnya pada sindroma malabsorpsi.
G. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan
terhadap darah samar
· Tes
terhadap darah samar untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang
tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik.
· Adanya darah dalam tinja selalau abnormal.
· Pemeriksaan darah samar dalam tinja dapat dilakukan dengan menggunakan tablet reagens.
· Prinsip
pemeriksaan ini hemoglobin yang bersifat sebagai peroksidase akan
menceraikan hidrogen peroksida menjadi air dan 0 nascens (On). On akan mengoksidasi zat warna tertent yang menimbulkan perubahan warna
· Tablet
Reagens banyak dipengaruhi beberapa faktor terutama pengaruh makanan
yang mempunyai aktifitas sebagai peroksidase sering menimbulkan reaksi
positif palsu seperti daging, ikan sarden dan lain lain.
· Menurut
kepustakaan, pisang dan preparat besi seperti ferrofumarat dan ferro
carbonat dapat menimbulkan reaksi positif palsu dengan tablet reagens.
Maka dianjurkan untuk menghindari makanan tersebut diatas selama 3--4
hari sebelum dilakukan pemeriksaan darah samar
Pemeriksaan bilirubin akan
beraksi negatif pada tinja normal, karena bilirubin dalam usus akan
berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi
menjadi
urobilin. Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan
yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti
pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral,
mungkin memusnahkan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.
Dalam
tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada
ikterus obstruktif, jika obstruktif total hasil tes menjadi negatif,
tinja berwarna kelabu disebut akholik. Penetapan kuantitatif
urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika
dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka
mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresikan per 24 jam sehingga
bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.
Tetapi
pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu
jarang dilakukan di laboratorium.Bila masih diinginkan penilaian
ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin
urin.
0 komentar:
Posting Komentar