Serangga
anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap
darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu
pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat
keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter. Pada kepalanya juga
dijumpai adanya antena dan mata facet. Tipe alat mulut bervariasi,
tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap,
pengisap, atau pencucuk pengisap. Metamorfosanya sempurna (holometabola)
yang perkembangannya melalui telur —> larva —> kepompong —> dewasa.
Ciri-ciri
ordo diptera adalah memiliki satu pasang sayap depan dan sayap belakang
mengalami redukasi membentuk halter (alat keseimbangan), mengalami
metamorfosis sempurna, tipe mulut menusuk dan menghisap serta menjilat,
dan memiliki tubuh ramping. Berdasarkan ciri-ciri tersebut maka nyamuk
termasuk ordo diptera. Berikut penjelasan mengenai nyamuk.
2.1 Morfologi, Klasifikasi, Siklus Hidup, Habitat dan Penyakit yang ditularkan oleh Nyamuk Aedes sp.
2.1.1 Morfologi
Nyamuk Aedes merupakan sejenis nyamuk yang biasanya ditemui di kawasan tropis. Namanya diperoleh dari perkataan Yunani aēdēs, yang berarti "tidak menyenangkan", karena nyamuk ini menyebarkan beberapa penyakit berbahaya seperti demam berdarah dan demam kuning.Aedes
yang berperan sebagai vector penyakit semuanya tergolong stegomya
dengan ciri-ciri tubuh bercorak belang hitam putih pada dada, perut,
tungkai. Corak ini merupakan sisi yang menempel di luar tubuh nyamuk.
Corak putih pada dorsal dada (punggung) nyamuk berbentuk seperti siku
yang berhadapan.
2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi Aedes sp adalah sebagai berikut:
Golongan : Animalia
Filum : Arthropoda
Klas : Insekta
Ordo : Diptera
Familly : Culicidae
Genus : Aedes
2.1.3 Siklus Hidup
Aedes seperti juga serangga lainnya yang termasuk ordo diptera, mengalami
metamorfosis lengkap. Stadium-stadiumnya terdiri dari telur, larva
(Jentik), pupa (kepompong) dan nyamuk dewasa. Waktu yang diperlukan
untuk pertumbuhan dari telur menjadi dewasa di laboratorium yang bersuhu
270C dankelembaban udaranya 80%, kurang lebih 10 hari. Waktu 10 hari tersebut juga diperkirakan untuk keperluan pertumbuhan Ae.aegypti dari telur sampai dewasadi alam bebas.
Adapun stadium telur, larva, pupa sampai menjadi nyamuk dewasa adalah sebagai berikut :
a. Telur
Telur Aedes berukuran kecil (± 50 mikron), berwarna hitam, sepintas lalu, tampak bulat panjang dan berbentuk jorong (oval) menyerupai torpedo. dibawah mikroskop, pada dinding luar (exochorion) telur nyamuk ini, tampak adanya garis-garis yang membentuk gambaran menyerupai sarang lebah. Di alam bebas telur nyamuk ini diletakan satu per satu menempel pada dinding wadah / tempat perindukan terlihat sedikit diatas permukaan air. Di dalam laboratorium, terlihat jelas telur telur ini diletakan menempel pada kertas saring yang tidak terendam air sampai batas setinggi 2-4 cm diatas permukaan air. Di dalam laboratorium telur menetas dalam waktu 1-2 hari, sedangkan di alam bebas untuk penetasan telur diperlukan waktu yang kurang lebih sama atau dapat lebih lama bergantung pada keadaan yang mempengaruhi air di wadah/ tempat perindukan. Apabila wadah air yang berisi telur mengering, telur bisa tahan selama beberapa
minggu atau bahkan beberapa bulan. Ketika wadah air itu berisi air lagi
dan menutupiseluruh bagian telur , telur itu akan menetas menjadi
jentik.
b. Larva
Setelah
telur menetas tumbuh menjadi larva yang disebut larva stadium I (instar
I). Kemudian larva stadium I ini melakukan 3 kali pengelupasan kulit
(ecdysis atau moulting)., berturut-turut menjadi larva stadium 2,3 dan
larva stadium 4. larva stadium akhir ini lalu melakukan pengelupasan
kulit dan berubah bentuk menjadi stadium pupa. Larva stadium 4 berukuran
7 X 4 mm, mempunyai pelana yang terbuka , bulu sifon satu pasang dan
gigi sisir yang berduri lateral. Dalam air di wadah, larva Aedes bergerak
sangat lincah dan aktif,dengan memperlihatkan gerakan-gerakan naik ke
permukaan air dan turun ke dasar wadah secara berulang-ulang. Larva
Ae.aegypti dapat hidup di wadah yang mengandung air ber pH 5,8 – 8,6.
Jentik dalam kondisi yang sesuai akan berkembang dalam waktu 6-8 hari
dan kemudian berubah menjadi pupa (kepompong).
c. Pupa
Pupa nyamuk berbentuk seperti koma. Kepala dan dadanya bersatu
dilengkapi
sepasang terompet pernapasan. Stadium pupa ini adalah stadium tak
makan. Jika terganggu dia akan bergerak naik turun di dalam wadah air.
Dalam waktu lebih kurang dua hari, dari pupa akan muncul nyamuk dewasa.
Jadi, total siklus dapat diselesaikan dalam waktu 9-12 hari.
d. Nyamuk dewasa
Nyamuk
setelah muncul dari kepompong akan mencari pasangan untuk mengadakan
perkawinan. Setelah kawin, nyamuk siap mencari darah untuk perkembangan
telur demi keturunannya. Nyamuk jantan setelah kawin akan istirahat, dia
tidak menghisap darah tetapi cairan tumbuhan sedangkan nyamuk betina
menggigit dan menghisap darah orang.
2.1.4 Habitat
o Aedes aegypti
Ae. aegypti merupakan spesies nyamuk yang hidup dan ditemukan di negara-negara yang terletak antara 350 Lintang Utara dan 350 Lintang Selatan pada temperatur udara paling rendah sekitar 100 C. Pada musim panas, spesies ini kadang-kadang ditemukan di daerah yang terletak sampai sekitar 450 Lintang
Selatan. Selain itu ketahanan spesies ini juga tergantung pada
ketinggian daerah yang bersangkutan dari permukaan laut. Biasanya
spesies ini tidak ditemukan di daerah dengan ketinggian lebih dari 1000
meter diatas permukaan laut. Dengan ciri highly anthropophilic dan kebiasaan hidup di dekat manusia. Ae. Aegypti
dewasa menyukai tempat gelap yang tersembunyi di dalam rumah sebagai
tempat beristirahatnya, nyamuk ini merupakan vektor efisien bagi arbovirus. Ae.Aegypti juga
mempunyai kebiasaan mencari makan (menggigit manusia untuk dihisap
darahnya) sepanjang hari terutama antara jam 08.00-13.00 dan antara jam
15.00-17.00. Sebagai nyamuk domestik di daerah urban, nyamuk ini
merupakan vektor utama (95%) bagi penyebaran penyakit DBD. Jarak
terbangspontan nyamuk betina jenis ini terbatas sekitar 30-50 meter per
hari. Jarak terbang jauh biasanya terjadi secara pasif melalui semua
jenis kendaraan termasuk kereta api, kapal laut dan pesawat udara.
Nyamuk Ae. aegypti hidup dan berkembang biak pada tempat – tempat
penampungan air bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah
seperti bak mandi, tempayan, kaleng bekas, tempat minum burung dan lain
sebagainya.Umur nyamuk Ae. aegypti berkisar 2 minggu sampai 3
bulan atau rata – rata 1,5 bulan tergantung dari suhu, kelembaban
sekitarnya. Kepadatan nyamuk akan meningkat pada waktu musim hujan
dimana terdapat genangan air bersih yang dapat menjadi tempat untuk
berkembang biak. Selain nyamuk Ae. aegypti, penyakit demam berdarah juga dapat ditularkan oleh nyamuk Ae. albopictus.Tetapi peranan nyamuk ini dalam menyebarkan penyakit demam berdarah kurang jika dibandingkan nyamuk Ae. aegypti. Ae. aegypti suka
beristirahat di tempat yang gelap, lembab, dan tersembunyi di dalam
rumah atau bangunan termasuk di kamar tidur, kamar mandi, kamar kecil
maupun dapur. Di dalam ruangan, nyamuk suka beristirahat pada benda –
benda yang tergantung seperti pakaian, kelambu, gordyn di kamar yang
gelap dan lembab. Pada umumnya Ae. aegypti lebih menyukai tempat
perindukan berupa air bersih tetapi dari hasil studi oleh beberapa
peneliti menguatkan bahwa telur nyamuk lebih banyak pada ovitrap dengan
rendaman jerami dari pada dengan air bersih biasa. Penelitian Karen A
Polson menyebutkan adanya perbedaan jumlah telur pada ovitrap
menggunakan 10% air rendaman jerami dengan ovitrap yang menggunakan air
biasa. Jumlah telur yang dihasilakan lebih banyak pada 10% air rendaman
jerami dari pada menggunakan air biasa.
o Aedes albopictus
Ae. albopictus termasuk dalam subgenus yang sama dengan Ae. Aegyti (Stegomyia). Spesies ini tersebar luas di Asia dan negara beriklim tropis sampai yang beriklim subtropis. Selama dua dekade terakhir, spesies ini telah melebarkan sayapnya sampai ke Amerika Selatan dan Utara, Karibia, Afrika, Eropa Utara dan beberapa kepulauan Pasifik. Ae. albopictus mempunyai kebiasaan bertelur di luar rumah terutama di hutan bambu. Nyamuk ini akan menggigit sepanjang hari, mulai dari pagi hari sampai sore hari. Bahkan sanggup menghisap darah sampai beberapa kali. Ae. albopictus merupakan nyamuk kebun (forest mosquito) yang memperoleh makanan dengan cara menggigit dan menghisap darah berbagai jenis binatang, berkembangbiak di dalam lubang – lubang pohon, lekukan tanaman, potongan batang bambu dan buah kelapa yang terbuka. Larva atau bentuk imatur nyamuk jenis ini mempunyai habitat hidup dalam genangan air dalam kaleng, tempat penampungan lain termasuk timbunan sampah di udara terbuka. Habitat larva yang semacam ini menyebabkan spesies ini banyak dijumpai di daerah pedesaan, pinggiran kota dan taman – taman kota.
Ae. albopictus pada dasarnya adalah spesies hutan yang beradaptasi
dengan
lingkungan manusia di pedesaan, pinggiran kota dan perkotaan. Nyamuk
bertelur dan berkembang di lubang pohon, ruas bambu, dan pangkal daun
sebagai habitat hutannya, serta penampung buatan di daerah perkotaan.
Nyamuk ini merupakan penghisap darah yang acak dan lebih zoofilik
(memilih hewan) daripada Ae. aegypti. Jarak terbangnya bisa mencapai 500 meter. Tidak seperti Ae. aegypti,
beberapa strain dari spesies ini berhasil beradaptasi dengan cuaca
dingin di wilayah Asia Utara dan Amerika, saat telurnya menghabiskan
musim dingin dengan beristirahat.
Dalam musim penghujan relative tersedia lebih banyak tempat yang cocok bagi habitat Ae. albopictus. Itulah sebabnya jumlah populasi Ae. Albopictus
sangat erat kaitannya dengan musim penghujan. Dalam bentuk dewasa
spesies ini juga mempunyai kebiasaan mencari makan pada siang hari.
Jarak terbang nyamuk dewasa betina jenis ini berkisar antara 400 – 600
meter. Kesempatan berpindah tempat secara pasif bagi Ae. albopictus lebih terbatas sebab spesies ini hidup di luar rumah. Namun di sisi lain, kebiasaan mencari makan Ae. Albopictus memungkinkan spesies ini mentransmisikan virus Dengue dari kera ke manusia dan sebaliknya. Di beberapa wilayah Asia, Ae. albopictus terkadang diduga sebagai vektor epidemi DBD walaupun tidak sepenting Ae. aegypti. Di laboratorium, kedua spesies nyamuk tersebut dapat menularkan virus Dengue secara vertical melalui nyamuk betina ke telur sampai keturunannya walaupun Ae albopictus lebih cepat melakukannya.
2.1.5 Penyakit yang ditularkan
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak dan serta menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. Penyakit ini ditularkan orang yang dalam darahnya terdapat virus Dengue. Orang ini biasanya menunjukan gejala sakit tetapi juga tidak sakit yaitu jika mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus Dengue. Jika orang digigit nyamuk Ae. aegypti maka virus akan masuk bersama darah yang dihisapnya. Di dalam tubuh nyamuk itu, virus Dengue akan berkembang biak dengan cara membelah diri dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk. Dalam waktu satu minggu jumlahnya dapat mencapai puluhan atau bahkan ratusan ribu sehingga
siap
untuk ditularkan atau dipindahkan kepada orang lain. Selanjutnya pada
waktu nyamuk menggigit orang lain, maka setelah alat tusuk nyamuk (proboscis)
menemukan kapiler darah, sebelum darah orang tersebut dihisap terlebih
dahulu dikeluarkan air liur dari kelenjar air liur nyamuk agar darah
yang dihisap tidak membeku.
Bersama dengan air liur nyamuk Ae. aegypti yang membawa virus Dengue itu akan terserang penyakit demam berdarah, orang yang mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus Dengue,
tidak akan terserang penyakit ini, meskipun di dalam darahnya terdapat
virus tersebut. Sebaliknya pada orang yang tidak mempunyai kekebalan
yang cukup terhadap virus Dengue, dia akan sakit demam ringan
bahkan sakit berat yaitu demam tinggi disertai perdarahan bahkan syok,
tergantung dari tingkat kekebalan tubuh yang dimilikinya. Hingga sekarang telah dapat diisolasi 4 serotipe virus Dengue di
Indonesia yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. ternyata DEN-2 dan DEN-3
merupakan serotipe yang paling banyak sebagai penyebab. Nimmannitya
(1975) di Thailand melaporakan bahwa serotipe DEN-2 yang dominan
sedangakan di Indonesia terutama oleh DEN-3 walaupun akhir-akhir ini ada
kecenderungan dominasi oleh virus DEN-2.
2.2 Morfologi, Siklus Hidup, Habitat dan Penyakit yang ditularkan oleh Nyamuk Anopheles sp.
2.2.1 Morfologi
Nyamuk Anopheles sp adalah adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Nyamuk Anopheles memiliki tubuh yang langsing dan 6 kaki panjang dan memiliki sayap yang bersisik.
2.2.2 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Diptera
Family : Anophelinae
Genus : Anopheles
Nyamuk
Anopheles mempunyai siklus hidup , yang termasuk dalam metamorfosa
sempurna. Yang berarti dalam siklus hidupnya terdapat stage/fase pupa.
Lama siklus hidup dipengaruhi kondisi lingkungan, misal : suhu, adanya
zat kimia/biologisdi tempat hidup. Siklus hidup nyamuk Anopheles secara umum adalah
a. Telur
Setiap
bertelur setiap nyamuk dewasa mampu menghasilkan 50-200 buah telur.
Telur langsung diletakkan di air dan terpisah (tidak bergabung menjadi
satu). Telur ini menetas dalam 2-3 hari (pada daerah beriklim dingin
bisa menetas dalam 2-3 minggu)
b. Larva
Larva
terbagi dalam 4 instar , dan salah satu ciri khas yang membedakan
dengan larva nyamuk yang lain adalah posisi larva saat istirahat adalah
sejajar di dengan permukaan perairan, karena mereka tidak mempunyai
siphon (alat bantu pernafasan). Lama hidup kurang lebih 7 hari, dan
hidup dengan memakan algae,bakteri dan mikroorganisme lainnyayang
terdapat dipermukaan
c. Pupa(kepompong)
Bentuk fase pupa adalah seperti koma, dan setelah beberapa hari pada bagian dorsal terbelah sebagai tempat keluar nyamuk dewasa.
d.Dewasa
Nyamuk dewasa mempunyai proboscis yang berfungsi untuk menghisap darah atau makanan lainnya (misal, nektar atau cairan lainnya sebagai sumber gula). Nyamuk jantan bisa hidup sampai dengan seminggu, sedangkan nyamuk betina bisa mencapai sebulan. Perkawinan terjadi setelah beberapa hari setelah menetas dan kebanyakan perkawinan terjadi disekitar rawa (breeding place). Untuk membantu pematangan telur, nyamuk menghisap darah, dan beristirahat sebelum bertelur. Salah satu ciri khas dari nyamuk anopheles adalah pada saat posisi istirahat menungging
Bentuk fase pupa adalah seperti koma, dan setelah beberapa hari pada bagian dorsal terbelah sebagai tempat keluar nyamuk dewasa.
d.Dewasa
Nyamuk dewasa mempunyai proboscis yang berfungsi untuk menghisap darah atau makanan lainnya (misal, nektar atau cairan lainnya sebagai sumber gula). Nyamuk jantan bisa hidup sampai dengan seminggu, sedangkan nyamuk betina bisa mencapai sebulan. Perkawinan terjadi setelah beberapa hari setelah menetas dan kebanyakan perkawinan terjadi disekitar rawa (breeding place). Untuk membantu pematangan telur, nyamuk menghisap darah, dan beristirahat sebelum bertelur. Salah satu ciri khas dari nyamuk anopheles adalah pada saat posisi istirahat menungging
2.2.4 Habitat
Anopheles sp
mempunyai habitat pada tempat-tempat air yang tidak mengalir, air yang
tenang atau sedikit mengalir seperti sawah, di air payau, di tempat yang
terlindung matahari dan ada juga yang mendapat sinar matahri langsung.
2.2.5 Penyakit yang ditularkan
Nyamuk Anopheles sp adalah adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Penularan malaria secara ilmiah berlangsung melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Hanya spesies nyamuk Anopheles tertentu yang mampu menularkan penyakit malaria dan spesies tersebut disebut sebagai vektor. Lebih dari 400 spesies Anopheles didunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi vektor malaria.
Malaria merupakan penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, malaria disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali. Sampai sekarang dikenal 4 jenis plasmodium, yaitu :
1. plasmodium falciparum sebagai penyebab Malaria Tropika.
2. plasmodium vivaks sebagai penyebab penyakit Malaria Tertiana.
3. plasmodium malariae sebagai penyebab penyakit Malaria Quartana.
4. plasmodium ovale yang menyebabkan penyakit Malaria yang
hampir
serupa dengan Malaria Tertiana. Dalam daur hidupnya Plasmodium
mempunyai 2 hospes, yaitu vertebrata dan nyamuk. Siklus aseksual didalam
hospes vertebrata dikenal sebagai skizogoni dan siklus seksual yang terbentuk sporozoit disebut sebagai sporogoni.
2.3 Morfologi, Siklus Hidup, Habitat dan Penyakit yang ditularkan oleh Nyamuk Culex sp.
2.3.1 Morfologi
Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis.[8]
Nyamuk dewasa dapat berukuran 4 – 10 mm (0,16 – 0,4 inci). Dan dalam
morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian tubuh umum: kepala, dada, dan
perut. Nyamuk Culex yang banyak di temukan di Indonesia yaitu jenis Culex quinquefasciatus.
2.3.2 Klasifikasi
Klasifikasi Culex adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda,
Class : Insecta,
Ordo : Diptera,
Family : Culicidae
Genus : Culex
2.3.3 Siklus Hidup
a. Telur
Seekor nyamuk betina mampu meletakan 100-400 butir telur. Setiap spesies nyamuk mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda. Nyamuk Culex sp meletakan telurnya diatas permukaan air secara bergelombolan dan bersatu membentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung.
b.Larva
Setelah
kontak dengan air, telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Pertumbuhan
dan perkembangan larva dipengaruhi oleh faktor temperature, tempat
perindukan dan ada tidaknya hewan predator. Pada kondisi optimum waktu
yang dibutuhkan mulai dari penetasan sampai dewasa kurang lebih 5 hari.
c. Pupa
Pupa
merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air, pada
stadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap
hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang satu
sampai dua hari. Pada fase ini nyamuk membutuhkan 2-5 hari untuk menjadi
nyamuk, dan selama fase ini pupa tidak akan makan apapun dan akan
keluar dari larva menjadi nyamuk yang dapat terbang dan keluar dari air.
d. Dewasa
Setelah
muncul dari pupa nyamuk jantan dan betina akan kawin dan nyamuk betina
yang sudah dibuahi akan menghisap darah waktu 24-36 jam. Darah merupakan
sumber protein yang esensial untuk mematangkan telur.[8] Perkembangan
telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10 sampai 12 hari.
2.3.4 Habitat
Nyamuk dewasa merupakan ukuran paling tepat untuk memprediksi potensi penularan arbovirus. Larva
dapat di temukan dalam air yang mengandung tinggi pencemaran organik
dan dekat dengan tempat tinggal manusia. Betina siap memasuki
rumah-rumah di malam hari dan menggigit manusia dalam preferensi untuk
mamalia lain.
2.3.5 Penyakit yang ditularkan
Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis.
0 komentar:
Posting Komentar